Thursday, September 23, 2010

[LYRICS] the call - celtic woman

THE CALL – CELTIC WOMAN

Sometimes in this life we hear
Calling from somewhere
Sometimes it is loud and clear
Sometimes its so softly there

Sometimes it isin the sea
Sometimes in the sky
Sometimes its in you and me
And sometimes it’s a cry

Open your heart
I am calling you
Right from the very start
Your wounded heart was calling too
Open your arms
You’ll find the answer when you answer to
The call

Sometimes it is in desire
Or the love we fear
And the call keep calling us
‘till the fear will disappear

When we have no dance to dance
The call is in the song
When we have no voice to sing
And the call is call inside

Open your heart I am calling you
Right from the very start
Your wounded heart was calling too
Open your arms
You’ll find the answer when you answer to
The call

Open your heart
I am calling you
Right from the very start
Your wounded heart were calling too
Open your arms
You’ll find the answer when you answer to
(open your heart, your heart)
You’ll find the answer to
The call



i wish i made no mistake

Thursday, September 16, 2010

bonus story #7


Title: a diary of a one blamed lonely girl
Author: Rheine
Rating: PG
Length: ONESHOT
Main character: me (Rheine)
Other character: other people
Genre: true story
Language: Indonesia
Summary: sebagian besar orang menganggap kelebihan itu adalah sebuah anugerah, tapi  bagiku, itu tak lebih dari kutukan seumur hidup


Dear diary,
Hari ini beda dari biasanya, aku akan menulis tentang bagaimana hidupku begitu kacau, bukan tentang apa yang kualami hari ini.

Diary,
Kau mengetahui aku lebih dari siapapun.   meskipun engkau hanya sebuah buku bertuliskan coretan gadis sepertiku, buatku itu sudah sangat cukup.

Diary,
Aku adalah seorang anak malang yang memiliki semua penyakit yang diderita pendahulunya, mulai dari yang ringan, sampai yang parah. Namun, aku juga seorang anak yang beruntung, karena aku memiliki bakat yang dimiliki para kerabatku, tentu saja mulai dari hal kecil seperti bakat meniru, hingga yang besar, atau mungkin terbesar seperti “membaca isi seseorang”

Diary,
                Mungkin sebagian besar orang menganggap kalau memiliki kelebihan itu adalah anugrah , tapi buatku, itu hanyalah kutukan seumur hidup.

Diary,
Aku sangat sedih begitu tahu kalau kelebihan ini akan kumiliki sampai aku mati. Aku tahu betapa aku ingin menjadi gadis yang normal, seperti yang lain.

Aku tidak ingin mereka menyebutku pembohong lagi.

Aku tidak ingin disalahkan terus menerus atas apa yang tidak kuperbuat.

Aku ingin memiliki teman yang dapat menerimaku apa adanya.

Diary,
aku tahu mana yang benar. Dan aku tahu kalau mereka itu berbuat salah. Aku berusaha memberitahu merek.  Namun, jawaban dari mereka hanyalah…

“oh ya? Mengapa aku harus percaya padamu, gadis gila yang merasa dirinya memiliki hadiah dari tuhan?”

“aku tidak akan mendengarkan pembohong sepertimu”
“kenapa kau merasa begitu hebat sampai mau memerintahku?”

Itu hanya sedikit dari ratusan jawaban pedas dari orang orang di sekitarku.
Tapi bagaimanpun, aku harus tegar dalam menerima hal seperti itu.
Aku harus tertawa melawan air mataku dan yakin bahwa semuanya terjadi karena suatu alasan
Karena aku tidak bohong.
Aku tidak mengada-ada
Dan aku bukan seseorang yang suka main fitnah.

Diary,
Tidak hanya teman, bahkan keluargaku pun benci padaku.
Apakah aku pernah cerita tentang bibiku?
Dia itu seperti serigala berbulu domba.
Dia hanya  baik pada saat ada seseorang menghadapnya, begitu orang itu berbalik, ia akan menusuknya dari belakang.

Bagaimana aku tahu?
Sekali lagi, aku membacanya.
Tapi kali ini ada kabar baik.
Ada satu orang yang percaya padaku.
Dia adalah sepupuku,
Dia tahu bagaimana sifat asli bibi kami itu.
Dia mendukungku untuk merubahnya perlahan.

Tapi, bagaimanapun,
Usaha yang kami lakukan bagaikan melukis diatas air.
Tidak ada hasil, meskipun sedikit.
Tidak ada yang berubah dari bibi kami itu.

Diary,
        Bibiku memiliki dua anak.
Dan masing masing memiliki penyakit pada kejiwaan.
Anak yang pertama, menderita kleptomania.
Anak yang kedua, menderita psikopat.
Kleptomania adalah penyakit suka mencuri meskipun si penderita tidak membutuhkannya.
Psikopat adalah penyakit dimana penderita bisa berbuat dengan kejam demi kepuasannya seorang.
Aku mengerti tanpa membaca petunjuk manapun, karena sekali lagi, aku membacanya
Dan hanya aku dan sepupuku yang tahu.

Ya, bibiku tidak tahu sama sekali tentang itu.
Dan terus hidup dengan santainya sambil membanggakan anaknya yang sama busuknya dengan sang ibu.
Meskipun tidak ada hal yang pantas untuk dibanggakan dari dua orang yang dibenci seluruh keluarga, kecuali ibu yang selalu merasa benar.
Hmmm, bahkan sang ayah tidak menyukai istri dan anaknya, hebat sekali.

Diary,
Aku pernah memberitahu bibiku sekali
Aku bilang “bibi, kurasa kedua anakmu harus mengunjungi psikolog. Karena kurasa (anak)yang pertama menderita kleptomania dan (anak) yang kedua menderita psikopat.”

Bibiku hanya cuek seperti biasanya.

Aku pulang dari rumah itu, rumah nenekku dan bibiku yang lain yang dihinggapi oleh 3 buah parasit.
Namun, begitu aku kembali kerumah itu untuk bertemu, aku langsung dihujani dengan makian dan cacian sadis dari banyak orang.

Dari jauh, aku dapat melihat wajah bibiku yang menunjukan rasa puas.

Aku benar benar tidak tahu apa yang terjadi.
Akhirnya aku menayakannya pada sepupuku.
Ternyata ia tahu.
Ia mendapatkan informasi itu saat curi dengar sewaktu bibi kejamku mengobrol dengan yang lain.
Katanya, bibiku menghasut semua sanak saudaraku agar mereka menganggapku pembohong.
Dan semua yang dia ketakan selalu disertai kebohongan, atau lebih tepatnya fitnah.
Dan lagi, aku disalahkan atas perbuatan yang tidak kulakukan.

Sepupuku yang lain merasa marah akan hal itu.
Mereka pernah menegur bibiku sekali.
Dan seperti biasa,
Bibiku menggunakan adat kami. “yang lebih muda harus menghormati yang tua”
Namun ia salah mengartikannya.
Yang dia gunakan bukan “ yang muda harus menghormati yang tua” melainkan
“aku lebih tau dan aku paling benar”
Sekarang aku tahu kenapa kedua anaknya memiliki gangguan kejiwaan, ternyata ibunyapun mengidap penyakit yang sama…

Diary,
Aku ingin menangis melihat mereka yang menangis karena membelaku.
Aku sangat sedih karena tidak bisa melakukan apapun selain menangis bersama mereka.
Namun disaat yang bersamaan, aku merasa murka.
Karena mereka diomeli dan dicaci karena benar.
Karena mereka disalahkan karena benar
Karena mereka dianiyaya karena mereka membelaku.

Bibiku itu hanyalah tong sampah yang kosong, bila dipukul, bunyinya nyaring.
Ia mencaci mereka dengan alasan yang menurutku sangat tidak logis.
Ia mengomeli mereka karena kesalahan anaknya.
Ia hanyalah seorang pengecut yang tidak mau disalahkan dengan mengomeli orang.

Diary,
Jika ia berani mengajakku debat secara langsung, maka aku yakin dia akan bilang begini
“semua yang kau katakan hanya omong kosong! Kau hanya cemburu pada aku dan anak anakku”
Hmmm, mengapa aku harus cemburu, padahal aku punya semua yang mereka punya, tidak punya dan yang mereka butuhkan. Aku jawab
“kenapa aku harus cemburu? Bukankah aku punya yang mereka tidak dan mereka butuhkan?”

Bibiku pasti akan jawab begini
“punya? Kau hanyalah anak kecil yang tidak menghormati orang yang lebih tua! Memang apa yang anakku tidak punya?”
Dan sekali lagi, aku dapat menjawabnya dengan mudah.
“istilah yang kau pakai bukanlah yang muda harus menghormati yang tua, melainkan aku yang selalu benar dan aku yang tahu. Coba hitung, berapa kali kau seenaknya mencaci seseorang yang lebih muda darimu dengan alas an yang tidak masuk akal? Aku yakin kau tidak dapat menghitungnya. Hmmm, dan hal terpenting yang anakmu tidak punya adalah rasa sayang dari yang lain. Sekarang aku Tanya kalian, siapa yang suka bermain dengan anak dari orang ini?”

Dan tidak ada yang mengangkat tangannya.

Namun tetap saja bibiku membalas.
“memangnya kapan aku berbuat begitu. Aku selalu benar kok. Setahuku aku itu memang selalu benar!”
Aku tidak heran kenapa ia membalasnya dengan tidak logis. Sekarang lihat bagaimana yang benar melawan yang salah
“kau mau tahu? berhentilah bercermin menatap keindahan dirimu, berbaliklah dan lihat semua asap hitam yang mengumpul dibelakangmu!”

Bibiku terdiam.
Aku menang
Semua bersorak untukku.


Percakapan tadi tidak akan terjadi karena bibiku yang bermulut besar terlalu pengecut untuk mengungkap kebenaran.

Diary,
Semua itu hanya sejengkal dari semua masalah yang aku hadapi.

Diary,
Aku ingin bertanya.

Apakah aku salah karena aku mengingatkan mereka yang salah?

Apakah aku salah karena memberitahu kalau kedua anak bibiku memiliki gangguan kejiwaan?

Apakah aku salah karena aku membela saudaraku?

Apakah aku salah karena aku dilahirkan dengan kelebihan seperti ini?

Apakah aku salah Karena aku hidup?



Rheine
16 september 2010
00:00 AM
The end